Indonesia Gabung BRICS: Jalan Menuju Kemakmuran atau Jebakan Utang?

Indonesia Gabung BRICS: Jalan Menuju Kemakmuran atau Jebakan Utang?

Lintaswarta.co.id - Indonesia resmi bergabung dengan BRICS, aliansi yang digawangi oleh Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Keputusan ini, yang digadang-gadang sebagai strategi politik luar negeri bebas aktif, justru memicu pertanyaan kritis: apakah ini peluang emas atau jalan menuju ketergantungan ekonomi yang berbahaya?

Collab Media Network banner content

Ekonom CELIOS, Bhima Yudhistira, mengungkapkan kekhawatiran mendalam terkait ketergantungan Indonesia terhadap China yang semakin mengkhawatirkan. Data menunjukkan impor Indonesia dari China melonjak 112,6% dalam sembilan tahun terakhir, mencapai USD 62,1 miliar pada tahun 2023. Sementara itu, investasi China di Indonesia juga meningkat hingga sebelas kali lipat dalam periode yang sama.

Indonesia Gabung BRICS: Jalan Menuju Kemakmuran atau Jebakan Utang?
Gambar Istimewa : file.fin.co.id

"Tanpa BRICS, porsi China dalam investasi dan perdagangan Indonesia sudah sangat besar," tegas Bhima. "Ketergantungan ini berisiko menjerumus Indonesia ke dalam jaringan utang yang membebani perekonomian domestik."

Keterlibatan China dalam proyek-proyek di Indonesia juga menimbulkan pertanyaan besar. Selain tantangan lingkungan dan tenaga kerja, proyek-proyek ini seringkali menimbulkan duplikasi kerjasama yang merugikan. Bhima menekankan perlunya peningkatan kualitas investasi yang masuk agar sejalan dengan tujuan nasional untuk meningkatkan nilai tambah komoditas.

"Kecelakaan kerja yang terjadi di IMIP berulang kali menunjukkan standarisasi dan pengawasan proyek investasi China masih lemah," ungkap Bhima. "Indonesia ingin meningkatkan nilai tambah komoditas secara berkualitas, yang berarti wajib selaras dengan investasi yang lebih berkualitas. Diversifikasi asal investasi yang bisa membantu Indonesia naik kelas merupakan strategi utama."

Dalam konteks ekonomi global, proyeksi penurunan pertumbuhan China sebesar 3,4% dalam empat tahun ke depan menjadi ancaman serius. Bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS justru berpotensi melemahkan kinerja ekonomi domestik, alih-alih meningkatkan daya saing.

Bhima menekankan bahwa langkah strategis yang lebih bijaksana adalah memperkuat diversifikasi mitra perdagangan, alih-alih memperbesar ketergantungan pada satu negara.

Sebagai anggota BRICS, Indonesia harus menavigasi dinamika kekuatan yang berbeda. Sejarah BRICS menunjukkan bahwa kelompok ini bertujuan untuk mempromosikan dialog dan kerjasama yang saling menguntungkan, namun kenyataannya seringkali dipengaruhi oleh kepentingan nasional masing-masing anggota.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikuti kami :

Tinggalkan komentar