Lintaswarta.co.id – Sentra tas legendaris di Tajur, Bogor, Jawa Barat, kini menghadapi kenyataan pahit. Sepinya pembeli tak hanya membuat omzet penjualan merosot tajam, tetapi juga memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang menghantui warga lokal.
PHK Massal Hantui Warga Tajur

Kondisi memprihatinkan ini diungkapkan oleh sejumlah karyawan toko tas di kawasan tersebut. Warman (nama samaran), seorang karyawan toko tas SKI, menuturkan bahwa jumlah karyawan di tokonya terpangkas drastis dari 40 orang menjadi hanya 10 orang. Jam kerja pun ikut dikurangi, dari tiga shift menjadi hanya dua shift.

Related Post
"Dulu waktu masih ramai, ada 40 karyawan di sini, sekarang jadi sepi, ya tinggal 10 orang," ujarnya.
Senada dengan Warman, Febri (nama samaran) dari toko Bogor Tas mengungkapkan bahwa tokonya kini hanya mempekerjakan 9 orang, padahal sebelumnya ada 20 karyawan. Bahkan, saat ditemui, tidak semua karyawan bekerja karena sebagian sedang mengambil libur.
Supardi (nama samaran), seorang petugas keamanan di salah satu pabrik tas yang kini hanya melayani perbaikan, menceritakan bahwa pabrik tersebut dulunya mempekerjakan ratusan orang. Kini, hanya tersisa 6 orang, termasuk dirinya.
Omzet Anjlok, Bonus Hilang
Penurunan omzet penjualan menjadi penyebab utama PHK massal ini. Rini (nama samaran), seorang karyawan toko tas, mengungkapkan bahwa penjualan tas telah turun lebih dari 50% akibat sepinya pelanggan. Akibatnya, bonus yang sebelumnya didapat, kini hanya menjadi kenangan.
"Kalau sudah turun jauh, ya sudah engga dikasih bonus, cuma dari gaji saja. Ini juga mulai was-was," keluhnya.
Caca (nama samaran), karyawan di toko Bogor Tas, menambahkan bahwa penjualan turun drastis lebih dari 50%. "Dulu pas masih ramai, masih bisa mungkin dapat ratusan juta, sekarang, terjual satu saja sudah bersyukur," ujarnya.
Pedagang Kecil Berguguran
Dampak sepinya Tajur juga dirasakan oleh para pedagang kecil. Ade, seorang pedagang tahu Sumedang yang berjualan di depan bekas toko tas Terminal Tas, mengungkapkan bahwa banyak penjual kecil yang menghilang dan hanya dirinya yang masih bertahan.
"Dulu waktu Terminal Tas masih ramai, ya masih banyak bus-bus terparkir, banyak pedagang di sini. Pas sepi terus Terminal Tas bangkrut, pedagang yang tersisa cuma saya saja," kata Ade.
Para pedagang kecil yang sempat berjualan di depan Terminal Tas banyak yang beralih profesi menjadi tukang bangunan, kembali ke kampung halaman, atau berjualan di tempat tinggal asalnya.
Tajur Dulu dan Sekarang: Perbandingan yang Memilukan
Lintaswarta.co.id mencatat, hingga tahun 2015, Jalan Tajur dipenuhi sekitar 40 toko tas dengan skala bisnis menengah hingga besar. Namun, jumlahnya terus menyusut menjadi 20, dan kini hanya tersisa sekitar 10 toko yang masih bertahan.
Jalan Tajur yang dulunya rawan macet, terutama di akhir pekan, kini menjadi sunyi sepi. Beberapa toko tas yang masih bertahan antara lain Bogor Tas, Sumber Tas Tajur, SKI Tajur, dan Donatello. Sementara itu, Terminal Tas dan beberapa toko lainnya seperti Tas Tajur 33, Dunia Tas, hingga Pusat Tas Tajur sudah gulung tikar.
Tinggalkan komentar