Cangkang Sawit RI Diburu! Jepang Ketagihan Impor

Harimurti

Cangkang Sawit RI Diburu! Jepang Ketagihan Impor

Lintaswarta.co.id, Jakarta – Ekspor cangkang kelapa sawit Indonesia masih menjadi komoditas primadona, meskipun mengalami sedikit penurunan kinerja. Data dari Satudata Kemendag menunjukkan nilai ekspor komoditas berkode HS 14049091 ini mencapai US$ 538,3 juta antara Oktober 2024 hingga Oktober 2025, turun 8,74% secara tahunan (YoY).

Penurunan ini disebabkan oleh persaingan yang semakin ketat dalam pasokan biomassa global dan regulasi impor energi berbasis limbah yang lebih ketat di negara-negara maju. Namun, cangkang sawit tetap menjadi andalan ekspor Indonesia karena perannya sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan ekonomis.

Cangkang Sawit RI Diburu! Jepang Ketagihan Impor
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Jepang Tetap Pasar Utama

COLLABMEDIANET

Jepang masih menjadi pasar utama ekspor cangkang sawit Indonesia, menyerap lebih dari 94% dari total pengiriman dengan nilai US$ 507,65 juta. Namun, ekspor ke Jepang juga mengalami penurunan sebesar 8,91% YoY, setelah pemerintah Jepang meninjau ulang subsidi energi biomassa untuk meningkatkan efisiensi pengurangan emisi karbon.

Kebijakan baru ini mendorong beberapa pembangkit listrik di Jepang untuk beralih ke biomassa domestik. Meskipun demikian, permintaan terhadap pasokan dari Indonesia tetap tinggi karena kualitas dan stabilitas pasokannya.

Selain Jepang, Thailand menjadi pasar terbesar kedua dengan nilai US$ 14,8 juta, turun 30,38% YoY, diikuti Singapura dengan nilai US$ 8,48 juta atau turun 9,67% YoY. Penurunan di kedua negara ini mencerminkan penurunan permintaan regional, seiring dengan melambatnya proyek biomassa baru di Asia Tenggara.

Eropa Timur: Harapan Baru

Lintaswarta.co.id mencatat, lonjakan signifikan justru terjadi di Eropa Timur. Polandia mencatat peningkatan ekspor yang fantastis hingga +2.987% YoY menjadi US$ 5,33 juta. Fenomena ini menandai pergeseran minat Eropa terhadap bahan bakar alternatif dari Asia, terutama setelah adanya kebijakan dekarbonisasi dan pengurangan ketergantungan pada batu bara Rusia.

Selain Polandia, Portugal juga mencatat kenaikan 48,7% YoY menjadi US$ 1,72 juta, menunjukkan potensi pertumbuhan pasar biomassa di wilayah Iberia. Sebaliknya, Malaysia mengalami kontraksi tajam -46,8% YoY menjadi hanya US$ 0,30 juta, yang menunjukkan bahwa sebagian besar pasokan biomassa Indonesia kini lebih banyak diserap oleh pasar di luar Asia Tenggara.

Pasar Baru Bermunculan

Ekspor dalam skala kecil mulai menjangkau negara-negara seperti Jerman, Taiwan, Vietnam, dan Belanda, meskipun nilainya masih di bawah US$ 10 ribu. Kemunculan destinasi baru ini memberikan sinyal positif bahwa produk biomassa Indonesia mulai diterima di pasar yang memiliki standar keberlanjutan tinggi, terutama di Eropa.

Secara keseluruhan, penurunan nilai ekspor sekitar US$ 51,6 juta dibandingkan tahun sebelumnya menjadi peringatan bagi Indonesia untuk mendiversifikasi pasar dan meningkatkan efisiensi rantai pasok.

Lintaswarta.co.id melaporkan, peluang ekspor cangkang sawit masih sangat besar, terutama jika Indonesia mampu bersaing dengan komoditas energi terbarukan lainnya seperti pelet kayu, bioetanol, dan biogas. Sebagai produk sampingan dari industri kelapa sawit, cangkang sawit mencerminkan ekonomi sirkular Indonesia, mengubah limbah menjadi sumber energi yang memiliki nilai ekspor.

Dengan arah kebijakan global yang semakin menekankan energi hijau dan sertifikasi berkelanjutan, masa depan ekspor cangkang sawit Indonesia akan sangat bergantung pada kemampuan industri untuk menyesuaikan diri dengan standar karbon internasional dan memperluas jangkauan ke pasar non-tradisional.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar