Berdasarkan informasi dari lintaswarta.co.id, puluhan warga adat mengalami luka-luka akibat bentrokan dengan ratusan pekerja PT Toba Pulp Lestari (TPL) di lahan pertanian Buntu Panaturan, Desa Nagori Sihaporas, Simalungun, Sumatera Utara. Kapolres Simalungun, AKBP Marganda Aritonang, mengimbau kedua belah pihak untuk menahan diri dan menghindari aktivitas di lokasi konflik guna mencegah insiden serupa terulang.
Konflik antara PT TPL dan masyarakat adat ini telah berlangsung sejak 2015, berakar dari klaim kepemilikan lahan yang saling bertentangan. Polres Simalungun telah mengerahkan personel untuk mengamankan lokasi, mengevakuasi korban, dan memisahkan kedua pihak yang bertikai. Proses evakuasi dilakukan bertahap, dimulai dengan memulangkan warga adat, kemudian memindahkan karyawan PT TPL dari area konflik.

Upaya mediasi telah dilakukan melalui pertemuan dengan pihak-pihak terkait, termasuk PT TPL dan perwakilan Desa Sihaporas. Kepolisian menetapkan status quo di lokasi kejadian dan meminta semua pihak untuk menahan diri. Meskipun demikian, situasi dinyatakan aman berkat pengamanan yang dilakukan oleh satu kompi Brimob.

Related Post
Bentrokan yang terjadi pada Senin, 22 September 2025, mengakibatkan sedikitnya 34 petani dari Lembaga Adat Keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita (Lamtoras) mengalami luka-luka, 10 di antaranya membutuhkan perawatan intensif. Kerusakan material juga terjadi, termasuk pembakaran 10 sepeda motor dan 4 rumah warga, serta perusakan hasil panen. Laporan juga menyebutkan adanya dugaan kekerasan terhadap seorang mahasiswi IPB dan anak disabilitas oleh security PT TPL. Kejadian ini terjadi di lahan pertanian yang berjarak sekitar 2-3 kilometer dari Danau Toba. Polisi kini tengah menyelidiki lebih lanjut insiden tersebut dan menindaklanjuti laporan-laporan yang masuk.
Tinggalkan komentar