Berawal dari laporan lintaswarta.co.id, kasus keracunan massal akibat makan bergizi gratis (MBG) di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, kembali memakan korban. Hingga Rabu (24/9), total 842 siswa dari berbagai sekolah menjadi korban keracunan dalam dua hari terakhir. Rinciannya, 393 siswa di Cipongkor pada Senin dan Selasa, serta 449 siswa di Cipongkor dan Cihampelas pada Rabu. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kejadian sebelumnya.
Kejadian ini membuat para orang tua geram dan trauma. Maman (55), salah satu orang tua siswa di MTS Muslimah Cipongkor, mengaku telah memperingatkan anaknya untuk tidak mengonsumsi MBG, namun peringatannya tak diindahkan. Ia bahkan menyarankan agar program MBG dihentikan dan anggarannya diberikan langsung kepada orang tua siswa. "Mending ditutup saja, kasih uangnya. Kalau dimasak sama orang tua, jelas dan pasti sehat," tegasnya.

Senada dengan Maman, Titin Marlina (40), warga Kampung Baranangsiang, Cipongkor, juga mengungkapkan kekecewaannya. Anaknya yang bersekolah di SMK Karya Perjuangan menjadi korban keracunan setelah mengonsumsi MBG. Titin mengaku telah memperingatkan anaknya, namun tetap saja anaknya mengonsumsi makanan tersebut. "Mending diberhentikan, mending diganti sama uang," ujarnya. Anaknya, Lisa (16), bahkan mengaku kapok dan tak mau lagi mengonsumsi MBG.

Related Post
Plt Kadinkes Bandung Barat, Lia N Sukandar, membenarkan jumlah korban yang signifikan. Ia menjelaskan banyak korban mengalami gejala seperti kejang, dehidrasi berat, dan penurunan kesadaran. Pihaknya telah mengambil sampel makanan dan muntahan korban untuk penyelidikan lebih lanjut. Meskipun penanganan medis sudah dilakukan secara optimal, Lia mengakui bahwa banyak rumah sakit sempat kewalahan menangani jumlah pasien yang membludak. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar tentang keamanan dan pengawasan program MBG. Apakah program ini masih layak dilanjutkan atau perlu ada evaluasi menyeluruh?
Leave a Comment