Lintaswarta.co.id – Korea Selatan, sang "Macan Asia", tengah menghadapi tantangan demografis serius. Meskipun ada sedikit peningkatan angka kelahiran di tahun 2024, negara ini masih bergulat dengan tingkat kesuburan terendah di antara negara-negara OECD.
Menurut Bank of Korea, penurunan populasi yang berkelanjutan dapat memicu resesi permanen pada tahun 2040. Tingkat kelahiran yang jauh di bawah angka penggantian (2,1) menjadi perhatian utama.

Studi terpisah oleh Korea Development Institute juga mengamini hal ini. Pergeseran demografis akan menghambat potensi pertumbuhan ekonomi, bahkan mendekati nol pada tahun 2040-an. Skenario pesimis memprediksi kontraksi ekonomi pada tahun 2041.

Related Post
"Jika inovasi teknologi gagal mengimbangi penurunan ini, Korea akan mengalami perlambatan ekonomi yang berkelanjutan," tegas Direktur Institut Populasi Semenanjung Korea untuk Masa Depan, Lee In-sil.
Pemerintah Korsel telah berupaya mengatasi masalah ini dengan berbagai insentif, termasuk bonus kelahiran dan hadiah uang tunai. Namun, upaya tersebut belum membuahkan hasil signifikan.
Ekonom politik dari American Enterprise Institute, Nicholas Eberstadt, pesimis bahwa kebijakan kependudukan dapat secara efektif meningkatkan tingkat kesuburan di Korea Selatan.
Penurunan angka kelahiran juga berdampak pada menyusutnya tenaga kerja dan menekan sistem pensiun. Reformasi dana pensiun telah dilakukan, namun berpotensi membebani generasi mendatang.
Selain itu, jumlah wajib militer juga akan berkurang, yang dapat memengaruhi pertahanan negara. Jumlah pasukan aktif Korsel telah menurun 20% menjadi sekitar 450.000.
Lee In-sil menekankan pentingnya inovasi teknologi, kebijakan imigrasi, dan langkah-langkah lain untuk meningkatkan produktivitas dan mencegah penurunan ekonomi lebih lanjut.
Tinggalkan komentar