Lintaswarta.co.id melaporkan peristiwa menegangkan di Sleman, Yogyakarta. Proses pemusnahan mortir peninggalan Agresi Militer Belanda II yang dilakukan Selasa (12/8) mengakibatkan kerusakan pada sejumlah rumah warga sekitar. Tim Jibom Gegana Satbrimob Polda DIY berupaya menonaktifkan mortir seberat hampir 400 kilogram di Besalen, Glagaharjo. Upaya ini merupakan percobaan kedua setelah percobaan pertama pada Senin (11/8) gagal.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman, Raden Haris Martapa, menyatakan sedikitnya delapan rumah mengalami kerusakan ringan. Kerusakan meliputi genteng dan kaca jendela yang pecah. "Kerusakannya kecil-kecil, ada yang gentengnya pecah dua, kacanya pecah, dan satu galvalum. Semua akan segera diperbaiki dan biayanya ditanggung pemerintah," ujar Haris. Ia memastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.

Dansat Brimob Polda DIY, Kombes Pol Edi Sinulingga, menjelaskan koordinasi telah dilakukan dengan warga sebelum proses pemusnahan. Warga telah dievakuasi ke luar radius 300 meter. Edi mengakui ini merupakan tantangan tersendiri bagi timnya, mengingat berat dan ukuran mortir yang cukup besar. "Evakuasi mortir saja sudah mempertaruhkan nyawa operator jibom karena dilakukan secara manual," tambahnya.

Related Post
Meskipun proses pemusnahan berhasil, dampak ledakan berupa getaran terasa hingga menyebabkan kerusakan pada rumah-rumah warga. Serpihan material bahkan ditemukan hingga jarak 200 meter. Namun, Edi memastikan lokasi sudah steril dan aman untuk aktivitas warga. Sebelumnya, upaya penonaktifan mortir pada Senin (11/8) gagal setelah empat kali percobaan. Penemuan mortir ini sendiri terjadi di Umbulmartani, Ngemplak, pada Minggu (10/8). Kejadian ini menimbulkan kepanikan dan warga di Glagaharjo dan Wukirsari sempat diungsikan.
Tinggalkan komentar