Bermula dari pemberitaan lintaswarta.co.id, kasus kematian Raya, balita empat tahun asal Sukabumi yang meninggal akibat infeksi cacing dan tuberkulosis, menyisakan duka mendalam dan pertanyaan besar tentang sistem perlindungan sosial di Indonesia. Kematian Raya yang tragis, setelah sembilan hari berjuang di RSUD Syamsudin, menjadi tamparan keras bagi kita semua. Menurut Humas RSUD Syamsudin, Irfan, Raya datang dalam kondisi kritis, sehingga pengobatan yang diberikan tak maksimal. Kondisi ini menunjukkan betapa telatnya penanganan medis yang diterima balita malang tersebut.
Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, menanggapi kasus ini dengan menyerukan perlunya penyisiran menyeluruh terhadap warga yang membutuhkan perlindungan dan jaminan sosial. Ia menekankan pentingnya pembelajaran dari tragedi ini untuk mencegah kejadian serupa terulang. Gus Ipul juga menyatakan bahwa saudara kandung Raya tengah dalam proses asesmen dan akan dipindahkan ke sentra Kemensos di Sukabumi. Lebih jauh, Gus Ipul berharap adanya sinergi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah, hingga tingkat RT dan RW, untuk memastikan data warga yang membutuhkan bantuan akurat dan terupdate. Hal ini dinilai krusial agar intervensi Kemensos dapat tepat sasaran dan efektif.
Kasus ini juga mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Kemenko PMK menurunkan tim untuk menyelidiki tidak hanya aspek kesehatan, tetapi juga kondisi lingkungan dan administrasi keluarga Raya. Sementara itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mendesak pengesahan RUU Pengasuhan Anak, yang telah bertahun-tahun mandek di parlemen. KPAI menilai, kekurangan regulasi yang komprehensif menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pengabaian anak seperti yang dialami Raya. Tragedi Raya menjadi pengingat penting betapa rapuhnya perlindungan anak di Indonesia dan mendesak perlunya perbaikan sistemik dan komitmen bersama untuk melindungi anak-anak bangsa.
Related Post
Tinggalkan komentar