Lintaswarta.co.id – Pemerintah Indonesia tengah berupaya keras menarik investasi hingga Rp 13.032,79 triliun demi mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 8% pada tahun 2029, sesuai dengan ambisi Presiden Prabowo Subianto. Untuk mencapai target ambisius ini, sembilan sektor industri dan proyek strategis telah ditetapkan sebagai motor penggerak utama investasi.
Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Tirta Nugraha Mursitama, menjelaskan bahwa target investasi ini akan tumbuh secara bertahap setiap tahunnya. Dimulai dengan target pertumbuhan ekonomi 5,3% pada tahun 2025, kemudian meningkat menjadi 6,30% pada tahun 2026, 7,50% pada tahun 2027, 7,70% pada tahun 2028, dan akhirnya mencapai 8% pada tahun 2029.

Target investasi yang ditetapkan pun cukup fantastis. Pada tahun ini, target investasi adalah Rp 1.905,6 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp 2.175,26 triliun pada tahun 2026 (naik 14,2%). Pada tahun 2027, targetnya adalah Rp 2.567,47 triliun (naik 18%), Rp 2.969,64 triliun pada tahun 2028 (naik 15,7%), dan mencapai Rp 3.414,82 triliun pada tahun 2029 (naik 15%).

Related Post
"Maka, untuk mencapai target 8%, kita harus mampu menarik investasi dengan realisasi lebih dari Rp 13.000 triliun," tegas Tirta dalam diskusi FPCI di Jakarta, Senin (13/10/2025).
Untuk mencapai target pertumbuhan investasi yang ambisius ini, pemerintah telah menyusun peta jalan sektor industri dan proyek prioritas yang diharapkan dapat mendorong realisasi investasi secara berkelanjutan.
Sembilan sektor yang menjadi fokus utama adalah:
- Energi Baru dan Terbarukan (EBT): Potensi investasi di sektor ini mencapai 3.687 gigawatt, mencakup energi hidro, solar, bioenergi, angin, geothermal, dan tidal.
- Hilirisasi Industri: Kebutuhan investasi untuk 28 komoditas periode 2023-2040 mencapai US$ 618 miliar (sekitar Rp 10.251,01 triliun), meliputi nikel, copper, bauxite, tin, petrochemical, fertilizer, CPO, sugarcane, seaweed, oleochemical, bio solar, dan bioetanol.
- Industri Ketahanan Pangan: Pembangunan rice estate di Merauke, Papua Selatan, serta pengembangan sugar dan bioetanol di lokasi yang sama.
- Industri Semikonduktor: Memanfaatkan ketersediaan bahan baku seperti silica, gallium, copper, bauxite, dan emas.
- Ekonomi Digital dan Pusat Data: Pasar ekonomi digital Indonesia diperkirakan tumbuh pesat hingga 5,9% pada periode 2024-2029, dengan nilai mencapai US$ 210-360 miliar.
- Manufaktur Berorientasi Ekspor: Membantu Indonesia masuk ke rantai pasokan global.
- Industri Kesehatan (Healthcare): Industri farmasi, alat medis, dan layanan kesehatan, didukung oleh kawasan ekonomi khusus kesehatan di Sanur, Bali.
- Ibu Kota Nusantara (IKN): Pembangunan perumahan, gedung pendidikan, rumah sakit, dan hotel, dengan insentif menarik seperti tax holiday 30 tahun, kemudahan perizinan, dan HGU 95 tahun yang dapat diperpanjang.
- Pendidikan dan Vokasi: Investasi mulai dari pendidikan anak usia dini hingga universitas, dengan insentif super deduction tax 200% dan kawasan ekonomi khusus pendidikan di BSD, Banten.
"Jadi kita sudah memiliki roadmap-nya, dan juga insentif yang disiapkan bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya," pungkas Tirta. Pemerintah optimis dengan strategi ini, Indonesia akan menjadi magnet investasi global dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Tinggalkan komentar