Lintaswarta.co.id, Jakarta – Ketegangan antara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Rusia semakin memanas. Para menteri pertahanan negara anggota NATO dikabarkan tengah melobi secara tertutup untuk memperluas wewenang aliansi dalam menembak jatuh jet-jet tempur Rusia yang membawa rudal serang darat.
Lobi ini mencuat setelah pertemuan para menteri pertahanan NATO di Brussels, Belgia, baru-baru ini. Jenderal AS Alexus Grynkewich, Komandan Tertinggi Sekutu NATO Eropa, secara pribadi menyerukan pembentukan "sistem pertahanan udara dan rudal tunggal yang terpadu" untuk mengatasi potensi ancaman dari jet-jet Rusia.

Saat ini, aturan keterlibatan untuk menembak jatuh pesawat di wilayah udara masing-masing negara anggota NATO masih bervariasi. Insiden bulan lalu, ketika Estonia menuduh jet tempur Rusia melanggar wilayah udaranya, semakin memperkuat urgensi lobi ini.

Related Post
Moskow sendiri membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa pesawat-pesawatnya sedang dalam penerbangan rutin menuju Kaliningrad melalui perairan netral.
Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menegaskan bahwa negara-negara anggota NATO sudah memiliki "semua wewenang yang diperlukan" untuk menetralisir pesawat yang mengancam. Namun, ia menekankan bahwa NATO tidak akan bertindak gegabah.
"Kami tidak akan menembak jatuh pesawat di wilayah udara NATO jika pesawat itu tidak menimbulkan ancaman," tegas Rutte.
Kremlin mengecam keras ancaman NATO untuk menembak jatuh pesawat Rusia sebagai tindakan sembrono, tidak bertanggung jawab, dan berbahaya. Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga menolak tuduhan pelanggaran wilayah udara oleh pesawat tempur Rusia.
Tinggalkan komentar