Berdasarkan laporan lintaswarta.co.id, Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan lokasi galian C Gunung Kuda di Cirebon sebagai zona rawan gerakan tanah. Kepala Badan Geologi, M. Wafid, mengungkapkan probabilitas kejadian gerakan tanah di area tersebut lebih dari 50 persen. Kondisi ini diperparah oleh intensitas hujan tinggi dan potensi aktivitas seismik. Wafid menambahkan, kemiringan lereng yang curam dan keberadaan lereng buatan dari timbunan semakin meningkatkan risiko longsor.
Tragedi longsor di Gunung Kuda telah menelan 14 korban jiwa, sementara 8 lainnya masih hilang. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, mengonfirmasi angka tersebut dan menyatakan pencarian korban masih berlanjut. Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menetapkan status tanggap darurat bencana, berkonsultasi dengan BNPB mengingat dampak yang signifikan terhadap masyarakat sekitar. Selain korban jiwa, empat orang mengalami luka ringan.
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, berencana mengunjungi lokasi untuk mempelajari dampak lingkungan dari aktivitas tambang galian C di Gunung Kuda. Ia menyatakan masih mempelajari dampak lingkungan dari aktivitas pertambangan tersebut yang menyebabkan longsor. Kejadian ini menyoroti pentingnya evaluasi ketat terhadap izin dan pengawasan aktivitas pertambangan di daerah rawan bencana, guna mencegah tragedi serupa terulang. Investigasi menyeluruh diperlukan untuk mengungkap penyebab pasti longsor dan memastikan langkah-langkah pencegahan yang efektif di masa mendatang. Nasib delapan orang yang masih hilang menjadi perhatian utama saat ini, dengan harapan operasi pencarian dan penyelamatan dapat segera membuahkan hasil.
Leave a Comment