Berawal dari pemberitaan lintaswarta.co.id, terungkap fakta mengejutkan di balik hiruk pikuk dentuman sound system horeg yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan. Bukan hanya sekedar hiburan semata, ternyata bisnis ini memiliki keterkaitan yang tak terduga dengan kalangan politikus dan ulama. Ahmad Abdul Aziz, teknisi sound horeg dari Brewog Audio Blitar yang akrab disapa Memed Potensio atau Thomas Alva Edi Sound, membuka tabir misteri tersebut.
Memed mengungkapkan, jasa sound horeg miliknya seringkali digunakan dalam berbagai acara, mulai dari hajatan warga biasa hingga kegiatan politik dan keagamaan. Uniknya, pendapatan dari penyewaan sound system ini, terkadang dialirkan untuk kegiatan sosial. "Acara warga, tapi ada karcis parkir, dan uangnya untuk pondok pesantren atau santunan anak yatim," jelas Memed. Hal ini menunjukkan adanya simbiosis mutualisme antara bisnis hiburan dengan sektor sosial kemasyarakatan.
Puncaknya, perayaan Harlah Pondok Pesantren Bahrul Ulum di Malang pada 1 Februari 2025 lalu, yang diramaikan dengan karnaval sound horeg, menjadi viral dan memicu kontroversi publik. Namun, Memed menegaskan bahwa perannya sebatas penyedia jasa.

Related Post
Lebih mengejutkan lagi, Memed mengungkapkan permintaan jasa sound horeg juga datang dari kalangan politikus, terutama menjelang Pilkada. "Banyak yang minta, dari Boyolali, Lamongan, Lumajang, Pasuruan, Blitar, Malang, bahkan Banyuwangi," ungkapnya. Meskipun demikian, ia menekankan netralitas Brewog Audio dalam politik praktis. Mereka hanya menjalankan tugas sebagai penyedia jasa, tanpa terlibat dalam manuver politik praktis. Baik dalam kegiatan keagamaan maupun politik, Brewog Audio tetap menjaga profesionalitasnya. Keberadaan sound horeg, tampaknya lebih kompleks daripada yang terlihat di permukaan.


Tinggalkan komentar