Lintaswarta.co.id sebelumnya memberitakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menerapkan cara unik dalam menangani siswa nakal. Bukannya hukuman biasa, Dedi mengirim mereka ke barak militer untuk pembinaan. Langkah kontroversial ini ternyata dilandasi oleh keprihatinan mendalam terhadap ketidakmampuan orang tua dan guru dalam mendidik anak-anak yang bermasalah.
"Banyak orang tua yang sudah tak mampu lagi mendidik anak-anaknya, begitu pula guru yang kewalahan menghadapi murid-murid yang nakal," ungkap Dedi Mulyadi usai rapat kerja di Komisi II DPR. Program ini, menurutnya, merupakan perubahan paradigma dalam penanganan kenakalan remaja. Hingga Jumat (2/5), sebanyak 69 siswa telah mengikuti program ini; 39 siswa SMP dari Purwakarta dan 30 siswa SMP dan SMA dari Bandung.
Dedi Mulyadi memastikan para siswa tetap mendapatkan kebutuhan dasar selama menjalani pembinaan di barak militer. "Mereka sangat senang, gizinya tercukupi, istirahat cukup, olahraga cukup, dan pembelajaran tetap berjalan," jelasnya. Para siswa tetap bersekolah, hanya gurunya yang mengajar di barak militer.
Program ini, tegas Dedi, hanya untuk siswa yang orang tuanya secara resmi menyatakan ketidakmampuan mereka dalam mendidik anak. "Orang tua harus menyerahkan anak mereka dengan surat pernyataan bermeterai," jelasnya. Prosesnya dimulai dari pengajuan ke Dinas Pendidikan, Bupati, hingga Kodim, sebelum akhirnya siswa ditempatkan di barak Resimen Kostrad.
Dedi Mulyadi juga menjelaskan payung hukum program ini. Surat edaran ke sekolah dan surat pernyataan orang tua bermeterai menjadi dasar hukumnya. Sementara itu, pendanaan program ini masih berasal dari dana operasional Dedi Mulyadi dan kepala daerah lainnya. Namun, ia berencana memasukkan program ini ke dalam perubahan anggaran daerah pemerintah provinsi Jawa Barat.
Leave a Comment