Lintaswarta.co.id – Dengan kembali memanasnya konflik dan peperangan di Timur Tengah, sejumlah pengamat dan Ekonom mengkhawatirkan kondisi pasar keuangan global dari ketidakpastian yang akan datang.
Bca Juga
Menurut keterangan Ekonom sekaligus Dosen Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta, Achmad Nur Hidayat, hal ini disebabkan karena ketika investor merasa tidak yakin dengan stabilitas geopolitik, mereka cenderung menarik investasinya dari pasar yang dianggap lebih berisiko, termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia.
"Penarikan modal asing ini dapat menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah dan meningkatkan biaya pinjaman luar negeri. Kondisi ini bisa memperburuk defisit transaksi berjalan dan menambah beban ekonomi nasional," ujar Achmad, Sabtu 19 Oktober 2024.
Selain itu, Achmad melanjutkan, volatilitas di pasar saham global dapat memicu aksi jual saham di bursa Indonesia, yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap investasi dalam negeri.
Hal ini tentunya akan berakibat buruk kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang masih sangat bergantung pada investasi asing untuk mendukung pertumbuhan ekonominya.
Tidak hanya itu, jika ketegangan antara Israel dan Iran berkepanjangan, maka Indonesia dapat mengalami inflasi yang lebih tinggi, defisit transaksi berjalan yang semakin besar, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
"Ketidakpastian di pasar keuangan ini dapat memperlambat laju pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Lonjakan harga bahan bakar dan pangan akan memperburuk kesejahteraan masyarakat, terutama bagi kelompok rentan. Selain itu, volatilitas di pasar keuangan global bisa mengganggu stabilitas ekonomi domestik, memicu penurunan nilai rupiah, dan memperlambat laju investasi," ujar Achmad.
Dalam menghadapi ketidakpastian di pasar keuangan global, Achmad menilai bahwa Pemerintah perlu menjaga cadangan devisa yang kuat untuk mengantisipasi volatilitas nilai tukar rupiah.
Menurutnya, intervensi yang tepat di pasar valuta asing akan membantu menjaga stabilitas nilai tukar dan mencegah depresiasi yang terlalu tajam.
Dalam jangka panjang, ketahanan energi dan pangan akan menjadi faktor kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Pemerintah perlu bersiap dengan kebijakan yang adaptif untuk melindungi ekonomi domestik dari dampak eksternal yang mungkin semakin besar di masa depan. (Bia)
Tinggalkan komentar