108 Smelter, Kunci Sukses Ekonomi Indonesia?

108 Smelter, Kunci Sukses Ekonomi Indonesia?

Lintaswarta.co.id – Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, memberikan apresiasi kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia atas konsistensinya dalam mendorong hilirisasi tambang melalui pembangunan smelter. Fahmy menilai bahwa dengan terbangunnya lebih dari 108 smelter di Indonesia, proses hilirisasi dapat dipercepat dan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Collab Media Network banner content

"Menurut saya itu cukup bagus karena memang dibutuhkan smelter untuk tambang. Kita memiliki banyak sumber tambang, bukan hanya nikel yang saat ini sedang dikembangkan," ujar Fahmy.

108 Smelter, Kunci Sukses Ekonomi Indonesia?
Gambar Istimewa : file.fin.co.id

Fahmy juga menekankan bahwa baru di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kebijakan pengolahan hasil tambang di dalam negeri dapat dijalankan secara konkret. Ia mendorong agar pembangunan smelter tidak hanya terbatas pada tambang nikel, tetapi juga untuk hasil tambang lainnya, sebagaimana diamanatkan undang-undang.

"Tambang-tambang yang lain itu sesungguhnya menurut undang-undang harus dimurnikan dan diolah di dalam negeri melalui smelter dan baru sekarang jadi saya apresiasi itu akan memperlancar proses hilirisasi dari hasil tambang itu satu," tambahnya.

Fahmy juga merasa bersyukur bahwa para investor smelter sebagian besar berasal dari kalangan pengusaha lokal, sehingga tidak lagi didominasi oleh investor asing. Hal ini menurutnya akan menciptakan keseimbangan dalam penentuan mekanisme harga pasar.

"Kemudian yang kedua dengan dibangunnya smelter tadi yang sebagian besar dari investor dalam negeri, saya kira ini juga cukup bagus untuk mengurangi dominasi dari smelter asing China khususnya," jelas Fahmy.

"Sehingga dengan banyaknya pilihan sehingga akan terjadi keseimbangan dalam mekanisme pasar dalam menentukan harga misalnya itu positifnya," sambungnya.

Namun, Fahmy juga mengingatkan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berhenti hanya pada pembangunan smelter atau hilirisasi. Ia menekankan pentingnya pembentukan ekosistem industri hilirisasi yang menghasilkan produk jadi untuk diekspor.

"Hanya membangun smelter saja tidak cukup. Misalnya, hilirisasi nikel mentah yang diolah di smelter menjadi produk pertama atau kedua untuk diekspor, nilai tambahnya masih rendah. Yang harus dilakukan adalah membangun smelter sebagai tahap awal, kemudian mendorong terbentuknya ekosistem industri yang mengolah bahan dari hulu sampai hilir," paparnya.

Fahmy mencontohkan bahwa terbentuknya ekosistem industri hilirisasi dapat mendorong Indonesia menciptakan mobil listrik nasional.

"Misalnya nikel dari biji nikel sampai ke mobil listrik misalnya nah kalau itu terbentuk dengan baik dan saling terkait maka itu akan menampilkan tidak hanya nilai tambah tetapi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi akan sangat besar," urainya.

"Saya kira yang dilakukan Bahlil selaku menteri ESDM itu mendorong tadi terbentuknya ekosistem dari sejumlah industri yang saling terkait, jadi misalnya smelter itu bahan bakunya adalah biji nikel kemudian dirubah menjadi bahan baku stainless misalnya atau misalnya jadi bahan baku mobil listrik atau kemudian baterai misalnya," imbuh Fahmy.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikuti kami :

Tinggalkan komentar