Usulan Mengejutkan: Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer?

Lintaswarta.co.id sebelumnya memberitakan usulan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk mengirim siswa bermasalah ke barak TNI-Polri. Wamendagri Bima Arya menanggapi rencana kontroversial tersebut dengan hati-hati. Meskipun mengakui tingginya angka kenakalan remaja yang mengkhawatirkan, Bima Arya menekankan perlunya konsep yang kuat dan terukur sebelum program ini diimplementasikan. Ia setuju bahwa pendekatan tegas mungkin diperlukan untuk kasus-kasus tertentu, namun harus diimbangi dengan pendekatan holistik yang melibatkan keluarga dan ahli psikologi. Program ini, menurutnya, tak bisa diterapkan secara serampangan.

Bima Arya menambahkan, pelibatan orang tua dan edukasi yang tepat sangat krusial. Konsep program harus dikaji mendalam untuk memastikan efektivitas dan menghindari dampak negatif yang tak diinginkan. Ia menyarankan agar fokus utama adalah pada penanganan akar masalah kenakalan remaja, bukan hanya sekedar penempatan di barak militer. Hal ini penting agar program tersebut tidak hanya menjadi solusi sementara, tetapi solusi yang berkelanjutan dan efektif dalam mengatasi masalah kenakalan remaja.

Sementara itu, rencana yang dijadwalkan mulai berlaku 2 Mei ini telah menuai beragam reaksi. Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, menyarankan agar DPRD Jawa Barat mengkaji usulan tersebut secara matang sebelum diterapkan, mengingat karakteristik setiap daerah yang berbeda. Komnas PA juga turut angkat bicara, meminta agar program ini berperspektif anak dan memastikan tempat penampungan layak serta materi pendidikan yang sesuai. Komnas PA juga mempertanyakan detail program, termasuk usia peserta, durasi program, dan metode pembinaan yang akan diterapkan. Mereka belum menyatakan sikap setuju atau tidak terhadap program tersebut. Perdebatan ini pun semakin memanas dan menimbulkan pertanyaan besar tentang efektifitas dan implikasi jangka panjang dari program kontroversial ini.