Berita mengejutkan datang dari Surabaya. Lintaswarta.co.id melaporkan kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi usai pertandingan futsal di SMP Labschool Unesa. BAI (11), seorang siswa MI Al-Hidayah, menjadi korban pembantingan oleh BAZ (33), pelatih tim lawan, SDN Simolawang. Kejadian ini terjadi Minggu (27/4) lalu, saat BAI tengah merayakan kemenangan timnya di laga semifinal.
Menurut keterangan BAI kepada pihak kepolisian, ia ditarik paksa dari belakang oleh BAZ dan kemudian dibanting ke tanah. Aksi kekerasan ini terekam dan tersebar luas di media sosial. BAI mengaku tidak mengetahui alasan di balik tindakan brutal tersebut, sementara pertandingan berlangsung lancar tanpa insiden berarti sebelumnya. Meskipun sempat dibawa ke rumah sakit setelah kejadian, BAI baru merasakan sakit di tulang ekornya setelah menjalani pemeriksaan rontgen. Hasilnya mengejutkan: tulang ekor BAI retak.

Ayah BAI, Bambang Sri Mahendra, sangat menyayangkan kejadian ini. Ia mempertanyakan motif BAZ yang tega melakukan kekerasan terhadap anak kecil. Meskipun BAZ berdalih tengah melerai keributan, Bambang menilai alasan tersebut tidak rasional karena tidak ada keributan sama sekali. Ia menduga motif sebenarnya adalah ketidakmampuan menerima kekalahan timnya. Akibat cedera yang diderita, BAI dilarang melakukan aktivitas olahraga berat selama lima hingga enam bulan.

Related Post
Kekecewaan Bambang semakin bertambah karena kurangnya itikad baik dari BAZ. Oleh karena itu, keluarga BAI melaporkan kasus ini ke Polrestabes Surabaya dengan dasar Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Laporan tersebut telah diterima dan saat ini sedang dalam proses penyelidikan oleh pihak kepolisian, dibenarkan oleh Kasi Humas Polrestabes Surabaya, AKP Rina Shanty Dewi Nainggolan, dengan nomor laporan LP/B/389/IV/2025/SPKT/POLRESTABES SURABAYA/POLDA JAWA TIMUR. Kasus ini menjadi sorotan dan menimbulkan pertanyaan besar tentang pengawasan dan etika dalam dunia olahraga anak.
Leave a Comment