Lintaswarta.co.id sebelumnya memberitakan kisah heroik Abdul Haris Agam, atau yang lebih dikenal sebagai Agam Rinjani, seorang relawan SAR yang berdedikasi tinggi dalam menjaga keselamatan pendaki di Gunung Rinjani. Kisahnya lebih dari sekadar evakuasi; ia adalah saksi bisu berbagai tragedi, evakuasi ekstrem, dan potret manajemen pendakian yang perlu perbaikan. Agam, bukan nama asing bagi relawan dan pemandu di Rinjani, sering turun langsung ke medan yang berbahaya, hanya berbekal peralatan seadanya.
Dengan keterbatasan yang ada, Agam membentuk Rinjani Squad, sebuah kelompok sukarelawan yang terdiri dari pecinta alam, porter, pemandu, bahkan dokter. Misi mereka tak hanya evakuasi, tetapi juga menjaga kebersihan dan fasilitas dasar pendakian. Untuk membiayai operasional, mereka menerapkan sistem berbayar untuk toilet dan charging station, dana yang kemudian digunakan untuk membeli logistik. Kebersihan jalur pendakian pun meningkat drastis berkat dedikasi mereka.

Jauh sebelum kasus evakuasi pendaki Brasil, Juliana Marins, Agam dan timnya telah merencanakan pembangunan shelter darurat di titik-titik rawan. Namun, kendala kepemilikan alat-alat penyelamatan menjadi tantangan tersendiri. Shelter darurat yang telah dibangun pun pernah menampung hingga 35 orang saat hujan deras, melebihi kapasitasnya yang hanya 4×3 meter. Prioritas evakuasi diberikan kepada pendaki yang kondisinya paling kritis.

Related Post
Kecepatan adalah segalanya dalam evakuasi, tegas Agam. Ia menyarankan penggunaan helikopter untuk efisiensi. Ia juga menyoroti kurangnya detail informasi teknis pendakian dari operator, serta kurangnya persiapan pendaki asing yang sering mendaki dengan pakaian minim. Agam bahkan pernah tinggal selama dua minggu di Danau Rinjani untuk menguji ketahanan diri, sebuah bukti dedikasi yang luar biasa. Hampir setiap hari, ia berjibaku menyelamatkan pendaki yang kelelahan atau kehausan, bahkan seringkali menggunakan uang pribadinya untuk keperluan evakuasi.
Dalam seminggu, Agam menangani enam kasus kecelakaan, mulai dari pendaki Malaysia hingga Irlandia. Ia memilih untuk tidak selalu mempublikasikan kasus-kasus tersebut untuk melindungi mata pencaharian warga lokal. Ia juga menyayangkan informasi yang seringkali simpang siur di media sosial, seperti kasus pendaki Irlandia yang dievakuasi dalam waktu singkat, namun dikabarkan merokok sebelum jatuh. Agam menekankan perlunya perubahan besar dalam sistem dan tata kelola pendakian, termasuk peningkatan kapasitas porter dan pemandu sebagai potensi SAR. Ia pun memberikan tips penting bagi pendaki, mulai dari persiapan pakaian, makanan, hingga pemilihan operator pendakian yang terpercaya.
Leave a Comment