Lintaswarta.co.id melaporkan, para pemimpin daerah di Indonesia tengah berupaya mengoptimalkan potensi wisata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dibahas dalam Forum Kerja Sama Daerah Mitra Praja Utama yang dihadiri oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, Gubernur Banten, Andra Soni, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, dan Ketua Cendekia Pariwisata Indonesia, Azril Azahari. Diskusi ini menyoroti potensi besar pariwisata yang selama ini belum termanfaatkan secara maksimal, khususnya di Jakarta.
Rano Karno menekankan bahwa meskipun Jakarta berkontribusi besar pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, sektor pariwisata masih dianggap sebagai sektor pendukung. Ia mencontohkan, ekonomi kreatif Jakarta menghasilkan profit hampir 400 triliun rupiah, namun tanpa perencanaan pariwisata yang matang. Potensi wisata seperti Kepulauan Seribu dan Ancol belum digarap secara optimal, meski Bandara Soekarno-Hatta dikunjungi 70 juta penumpang setiap tahunnya, hanya satu juta yang mengunjungi Jakarta. Konektivitas dan integrasi antar wilayah dianggap sebagai kunci utama pengembangan pariwisata.

Gubernur Banten, Andra Soni, mengungkapkan kekayaan wisata Banten, mulai dari Ujung Kulon hingga Anyer, yang perlu dipromosikan secara terintegrasi dengan daerah lain. Ia menekankan pentingnya perencanaan berkelanjutan yang tidak merusak nilai historis dan ekosistem. Emil Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur, mengajak kerja sama antar daerah untuk saling mendukung, bukan bersaing, guna menciptakan situasi yang menguntungkan semua pihak. Empat bandara di Jawa Timur, Surabaya, Malang, Banyuwangi, dan Kediri, diharapkan dapat terkoneksi dengan Jakarta untuk memperluas akses wisatawan.

Related Post
Azril Azahari, Ketua Cendekia Pariwisata Indonesia, mendorong pengembangan wisata minat khusus seperti belanja, kuliner, dan sejarah. Ia mencontohkan potensi wisata belanja di Tanah Abang dan Thamrin City yang dapat dikembangkan menjadi pusat perbelanjaan terpadu. Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya menjaga ekosistem pariwisata yang terdiri dari lingkungan hidup, kondisi fisik, dan aspek budaya. Para pembicara sepakat bahwa pengembangan pariwisata membutuhkan pendekatan ilmiah dan kolaborasi antar daerah untuk mencapai hasil yang optimal.
Leave a Comment